Rabu, 10 Februari 2010

Jejak Santo Fransiskus Xaverius di Lewolaga, Lewoingu, Flores Timur

Oleh Rafael Raga Maran

 

Di Lewolaga, Lewoingu, di Flores Timur terdapat suatu mata air yang disebut Wai Beta. Kata “wai” berasal dari bahasa Lamaholot yang berarti air. Kata “beta” berasal dari bahasa Maluku berarti saya. Jadi “Wai Beta” berarti “Air Saya” atau “Airku.”

Mengapa kata “beta” yang berasal dari bahasa Maluku itu dipakai untuk menamai air yang sumbernya terletak di dekat pantai Lewolaga di daerah Lewoingu di Flores Timur? Apakah karena ada orang dari Maluku yang memberi nama untuk air dimaksud? Jawabannya: tidak; bukan orang Maluku yang memberi nama untuk air itu.

Di balik nama itu terdapat suatu kisah tentang perjalanan misioner Santo Fransiskus Xaverius ke Maluku. Santo Fransiskus Xaverius dijuluki sebagai penginjil terbesar setelah Santo Paulus. Pada tahun 1540, misionaris Yesuit itu ditugaskan oleh Santo Ignatius Loyola, berdasarkan permintaan Raja Portugal, untuk menjadi Pewarta Injil di daerah jajahan Portugis di Asia. Pada tanggal 7 April 1541, dia bertolak dari Lisbon, Portugal, dengan kapal Santiago. Dari Agustus 1541 hingga Maret 1542, dia tinggal di Mosambik Afrika. Pada tanggal 6 Mei 1542, dia tiba di Goa, India. Setelah tiga tahun menyebarkan Injil di India, Santo Fransiskus Xaverius melanjutkan perjalanan ke Malaka. Dalam rencananya, dari Malaka dia akan berlayar ke Makasar. Pada akhir September 1545, dia tiba di Malaka di Semenanjung Malaya. Makasar dijadikan tujuan, karena ketika berada di Goa, dia mendengar kabar bahwa Makasar membutuhkan seorang imam.

Tetapi sewaktu di Malaka Santo Fransiskus Xaverius mendengar kabar yang tidak baik dari Makasar, maka rencana ke Makasar dibatalkan. Pada tanggal 1 Januari 1546 Santo Fransiskus Xaverius bertolak dari Malaka menuju Ambon dengan kapal dagang. Pelayarannya ke Ambon ditempuh melalui rute selatan, yaitu melalui pesisir Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores. Dari Flores Timur, kapal berbelok arah menuju kepulauan Maluku. Pada pertengahan tahun 1546 Santo Fransiskus Xaverius tiba di pulau Banda. Dari situ dia berlayar ke Ambon.

Di Ambon terdapat tujuh desa yang penduduknya beragama Katolik. Santo Fransiskus Xaverius mempermandikan kurang lebih 1.000 orang Ambon dan mempersiapkan kedatangan imam-imam baru. Pada bulan Juli 1546, dia berangkat ke Ternate. Selain berkarya di Ternate, Santo Fransiskus Xaverius juga berkarya di Halmahera dan Morotai. Sekembalinya dari Morotai dan Halmahera, dia masih berkarya di Ternate hingga sesudah Paskah tahun 1547. Dari Ternate dia kembali ke Ambon. Di Ambon dia mendirikan sebuah gereja kecil dan menobatkan banyak orang berdosa. Dari Ambon dia kembali ke Malaka.

Dalam perjalanan pulang ke Malaka, Santo Fransiskus Xaverius singgah di Lewolaga, Flores Timur. Di Lewolaga tepatnya di tempat yang kemudian disebut Wai Beta, Santo Fransiskus Xaverius mewartakan Kabar Gembira (Injil) dan membaptis sejumlah orang. Tradisi lisan di Lewoingu menuturkan bahwa Wai Beta adalah nama yang diberikan oleh Santo Fransiskus Xaverius untuk air yang digunakannya untuk membaptis orang-orang yang bersedia dibaptis. Sebelum kedatangan Santo Fransiskus Xaverius, di situ belum ditemukan sumber air tawar. Untuk kepentingan pembaptisan, Santo Fransiskus menggunakan tangannya untuk mengorek sedikit tanah di situ, lalu keluarlah air tawar. Setelah muncul air, dia memberinya nama Wai Beta yang berarti Air Saya atau Airku.

Kata “beta” itu berasal dari bahasa Maluku. Bahasa itu yang digunakan oleh Santo Fransiskus Xaverius selama dia berkarya di Ambon, Ternate, Halmahera, dan Morotai. Maka tak heran bila dia pun menggunakan kata Wai Beta untuk air tersebut di atas. 

Perlu dicatat pula di sini bahwa sebelum kedatangan Santo Fransiskus Xaverius di Lewolaga, kampung Lewoingu sudah terbentuk. Pada waktu itu nama Lewolaga belum dikenal. Lewolaga yang berarti kampung besar itu baru dikenal di zaman penjajahan Belanda. Tetapi jelas bahwa tempat yang disinggahi oleh Santo Fransiskus Xaverius pada tahun 1547 itu termasuk wilayah Lewoingu. Dengan kata lain bumi Lewoingu pernah menerima kedatangan seorang misionaris Yesuit yang dijuluki sebagai penginjil terbesar setelah Rasul Paulus. Dan Wai Beta adalah saksi kedatangannya. ***

Sumber tentang perjalanan Santo Fransiskus ke Maluku:

Da França, Antonio Pinto, Pengaruh Portugis di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 2000.

Heuken, A, SJ dkk, Sejarah Gereja Katolik di Indonesia, Jakarta: CLC, 1971.

http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_Xavier

Sumber tentang asal usul Wai Beta:

Tradisi lisan masyarakat Lewoingu.