Oleh Rafael Raga Maran
Dongeng penemuan seorang bayi di Tana Beto dilanjutkan dengan ceritera tentang dipeliharanya anak orok itu di Lewohari. Di situ si orok kemudian tumbuh dan berkembang menjadi seorang pemuda, konon hanya dalam waktu sangat singkat. Dengan dongeng itu, si pendongeng ingin berceritera bahwa Gresituli, pendiri Lewoingu itu pernah tinggal di Lewohari bersama sekelompok orang yang disebut Kumanireng. Tetapi benarkah Gresituli pernah tinggal di Lewohari?
Jawaban atas pertanyaan tersebut pernah saya berikan. Gresituli tidak pernah tinggal di Lewohari. Dasar pertama dari jawaban tersebut ialah kenyataan bahwa orang-orang Lewohari sendiri tidak mengenal nama anak itu, padahal anak itu, konon, mereka pelihara sejak hari kelahirannya hingga masa dia menjadi seorang pemuda. Jika mereka sungguh-sungguh menjadi orang tua angkat dari anak itu, sudah tentu mereka pun memberinya nama. Dan jika perlu kepada yang bersangkutan sekalian diberikan pula nama suku sebagai identitas sosialnya. Yang terjadi ialah bahwa anak itu memperkenalkan sendiri namanya ke publik, setelah dia berhasil melumpuhkan binatang buruannya, seekor rusa jantan.
Jejak historis perburuan seekor rusa jantan itu dapat pula dilacak hingga ke kampung Lewotobi, dekat Tuakepa. Orang di kampung Lewotobi pun mendapat bagian (umeng dalam bahasa Lamaholot) dari rusa yang dipanah oleh Gresituli itu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ada pula orang Lewotobi yang berpartisipasi dalam urusan perburuan itu. Yang jelas, karena Gresituli sendiri tidak sanggup menggotong rusa jantan yang telah berhasil dipanahnya, ada orang Lewotobi yang membantu menggotongnya. Atas bantuan itu, Gresituli memberikannya bagian. Dan tentu ada pula orang-orang lain yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan berburu itu tampaknya terjadi tidak lama setelah Gresituli mulai berhasil bersosialisasi dan diterima sebagai bagian dari masyarakat setempat di lingkungan Paji dan ketika dia pun sudah mengenal sejumlah penduduk setempat di kampung tetangga. Kegiatan berburu itu terjadi di masa Paji setempat di bawah kepemimpinan Lewokoli masih berjaya. Dan pada waktu itu di Lewohari masih bermukim seorang Paji bernama Watangpao dan keluarganya. Watangpao dan keluarganya meninggalkan Lewohari ketika di daerah itu pun mulai terjadi aksi Tekung Paji (perang melawan Paji). Aksi Tekung Paji yang terjadi di daerah itu merupakan bagian dari pemberlakuan politik penumpasan Paji yang digariskan oleh Raja Larantuka. Dan aksi Tekung Paji itu terjadi jauh setelah terjadinya kegiatan berburu rusa oleh Gresituli itu tadi.
Setelah cukup lama ditinggal pergi oleh Watangpao sekeluarga, barulah Lewohari dihuni oleh sekelompok orang yang dikenal dengan suku Kumanireng. Rangkain sejarah ini secara jelas menunjukkan bahwa jauh sebelum kelompok tersebut bermukim di Lewohari, Gresituli sudah tinggal di Lewokoli. Sebelum kedatangan kelompok tersebut di Lewohari, beberapa puteri Gresituli sudah menikah dengan pria dari pihak Paji.
Karena itu tidak masuk akal sama sekali ketika dikatakan bahwa Gresituli itu ditemukan ketika baru lahir di Tana Beto, kemudian dijadikan anak angkat oleh suku Kumanireng di Lewohari hingga dia menjadi seorang pemuda. Karena muncul belakangan, maka tak ada satu pun tradisi lisan di Lewoingu yang menuturkan bahwa bagian yang diperoleh oleh Gresituli dari hasil buruannya bersama rekan-rekannya itu dibawa ke Lewohari. Yang terjadi ialah bahwa bagiannya dibawa ke Lewokoli untuk dinikmati bersama rekan-rekannya di sana.
Berdasarkan data-data yang berhasil dihimpun dari tradisi lisan yang ada, di luar tradisi dongeng yang dianut oleh Donatus Doni Kumanireng dan Marselinus Sani Kelen, dapat dikatakan bahwa kedatangan Kumanireng di Lewohari itu terjadi setelah Gresituli berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Karena muncul belakangan, maka baru belakangan Kumanireng mengenal bahwa di daerah itu ada seorang terkenal bernama Gresituli. Dia itu jago berburu, dia itu jago mengalahkan musuhnya. ***