Rabu, 09 September 2009

Gresituli, puteri Lewokaha, dan puteri Lewokoli

Oleh Rafael Raga Maran

 

Lewokoli adalah nama sebuah kampung Paji dengan jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk di kampung-kampung Paji lainnya di daerah itu. Di situ terdapat sebuah pasar, tempat berinteraksi antara pedagang dan pembeli barang-barang kebutuhan masyarakat setempat dan di daerah sekitarnya. Barang-barang seperti gading, perhiasan (kalung, gelang, cincin, anting) yang dibuat dari emas dan perak, peralatan rumah tangga seperti piring, mangkuk, kumbang, dll pun dijual di pasar Lewokoli. Ikut berjualan di pasar itu para pedagang dari Sina Jawa. Orang-orang dari Sukutukang, Boru, Hewa, Palue, dan Pukaunu pun datang ke pasar tersebut untuk membeli barang-barang yang mereka perlukan.

Di pasar Lewokoli itulah Gresituli pertama kali tiba. Dan di kampung Lewokoli’ itulah Gresituli pertama kali tinggal di daerah itu. Dia mencari nafkah sebagai petani ladang. Dia menggarap tanah ladang milik Paji. Dia juga mengiris tuak pada pohon-pohon lontar yang banyak tumbuh di daerah itu.

Karena sehari-hari berinteraksi dengan masyarakat Paji, maka dia pun kecantol pertama dengan seorang puteri dari Lewokaha bernama Ketopiwoli, kemudian dengan seorang puteri dari Lewokoli bernama Nogogunung. Perkawinannya dengan puteri dari Lewokaha itu dilangsungkan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di lingkungan Paji, yang menjadikan gading sebagai belis. Menurut tradisi adat yang berlaku pada zaman itu, belis diserahkan kepada pihak keluarga calon isteri sebelum upacara adat pernikahan diselenggarakan. Tetapi karena Gresituli belum mempunyai gading, disepakati bahwa upacara adat pernikahannya tetap dapat dilangsungkan, dengan catatan urusan belis akan menyusul. Disepakati bahwa penyelesaian urusan belis itu dapat dilakukan setelah pernikahan dilangsungkan.

Gading yang diperlukan sebagai belis untuk keluarga isterinya di Lewokaha itu dibelinya sendiri, setelah dia menggarap ladang di sebidang tanah (newa) bernama Kehule. Newa itu terletak di sebelah barat Beeka. Karena hasil panennya melimpah (lumbungnya penuh dengan padi) pada musim itu, maka sebagiannya dia jual untuk membeli gading untuk kepentingan belis tersebut di atas.

Ketika hendak membawa gading itu ke Lewokaha, pihak penguasa Lewokoli mencegatnya, karena mereka pun menginginkan gading yang besar itu. Setelah mengetahui bahwa gading itu dijadikan belis untuk puteri Lewokaha tersebut, para penguasa Lewokoli pun mau mengizinkan anak puteri mereka untuk diperisteri oleh Gresituli. Gresituli setuju, maka gading itu pun akhirnya terdampar di Lewokoli. Di kemudian hari baru dia menyelesaikan urusan belis dengan pihak keluarga isterinya yang di Lewokaha. Gading yang dijadikan belis itu diperoleh dari usahanya sebagai petani ladang, bukan dari pemberian pihak lain. Tidak ada satu pun suku di daerah itu yang mau merelakan gadingnya untuk urusan belis tersebut di atas. Soalnya jelas. Selain mahal harganya, gading adalah harta suku, harta keluarga besar. Karena itu gading pun hanya dapat dipakai sebagai belis untuk anggota keluarga suku yang bersangkutan. Gading suku pun dapat dijual kepada orang atau pihak di luar suku. Sebagai seseorang yang berasal dari Sina Jawa, yang tidak bertalitemali darah dengan suku-suku setempat, Gresituli mau tidak mau mengusahakan sendiri gading untuk menyelesaikan urusan belis perkawinannya itu.

Karena urusan belis dengan pihak penguasa Lewokoli sudah berjalan, maka Gresituli pun kemudian menikahi pula puteri Lewokoli bernama Nogogunung. Pernikahan itu pun berlangsung sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di lingkungan masyarakat Paji pada zaman itu. Pernikahannya dengan puteri Lewokoli itu tidak mengganggu hubungan kekeluargaannya dengan Lewokaha. Sebelumnya hal itu sudah disampaikan kepada pihak Lewokaha baik oleh Gresituli sendiri maupun oleh para penguasa Lewokoli yang bersangkutan.

Dari pernikahannya dengan Puteri Lewokaha lahir Doweng. Dari pernikahannya dengan puteri Lewokoli lahir Dalu dan Sani. Selain tiga putra, Gresituli juga memiliki beberapa anak puteri. ***